Rabu, Agustus 26, 2009

"8 PERTANYAAN YANG TUHAN YESUS TIDAK AKAN TANYAKAN KEPADA ANDA KETIKA DIPANGGIL MENGHADAPNYA"

1. Tuhan Yesus tidak bertanya berapa total kekayaan Anda, tetapi berapa yang Anda bayarkan sebagai persembahan persepuluhan ke Gereja, berikan sebagai persembahan khusus, dan bagikan kepada orang lemah atau miskin yang membutuhkannya.

2. Tuhan Yesus tidak bertanya berapa gaji tertinggi Anda, melainkan sudahkah Anda jujur dan tetap menjaga karakter untuk mendapatkannya.

3. Tuhan Yesus tidak bertanya berapa besar rumah Anda, melainkan berapa orang yang Anda tolong dan tampung di rumah Anda.

4. Tuhan Yesus tidak bertanya tentang mobil apa yang Anda kendarai, tetapi berapa orang yang Anda antar jemput ke Gereja.

5. Tuhan Yesus tidak bertanya apa posisi atau jabatan Anda, melainkan sudahkah Anda memberkati atasan, bawahan dan rekan kerja serta menjadi saksi yang berdampak positif di tempat kerja atau bisnis Anda.

6. Tuhan Yesus tidak bertanya tentang merek pakaian Anda, tetapi berapa orang yang sudah Anda beri pakaian.

7. Tuhan Yesus tidak bertanya berapa banyak teman dan sahabat Anda, melainkan berapa orang dari semua teman dan sahabat Anda yang dijadikan sahabatNya.

8. Tuhan Yesus tidak bertanya berapa lama Anda hidup, tetapi apa yang sudah Anda lakukan di dalam hidup Anda.

(Dikutip dari: Money And Riches oleh Pdt. Tjantana Jusman)


Baca Selengkapnya......

Senin, Agustus 24, 2009

SELALU ADA JALAN KELUAR

Sebagai keluarga Kristen, saya (BN) beruntung memunyai seorang oma
yang takut akan Tuhan. Oma selalu mendorong cucu-cucunya untuk taat
berdoa, membaca firman Tuhan, dan sering memeriksa apakah kami sudah
melakukannya pada malam hari sebelum kami tidur. Saat liburan, kami
selalu bermain sampai larut malam. Biasanya kami cepat-cepat berdoa
dan membaca Alkitab sebelum bermain agar saat ditanya Oma, kami
dapat menjawab "sudah" dan boleh langsung tidur. Sejak kecil, kami
diajarkan untuk rajin memberi persembahan di gereja. Untuk itu, Oma
selalu menyiapkan uang yang masih baru. "Memberi persembahan kepada
Tuhan haruslah yang terbaik," katanya.

Mama, yang sejak muda menjadi guru sekolah minggu, selalu mendorong
kami untuk melayani Tuhan. Bahkan di dalam doanya, ia selalu memohon
agar semua anak-anaknya: saya, Niko (kakak), Kristin (adik) menjadi
pendeta agar bisa membimbing banyak orang hidup dalam keselamatan,
pengharapan, dan kebahagiaan di dalam Tuhan Yesus -- Juru Selamat
dan Raja Damai itu. Hal itu membuat saya percaya bahwa doa yang
sungguh-sungguh dari seorang ibu pastilah didengar Tuhan. Jika orang
tua menabur kebenaran dalam hidup ini, keturunannya juga pasti
dipelihara dalam berkat Tuhan. Papa adalah seorang yang jujur dan
disiplin dalam pekerjaan. Suatu hari di perusahaannya ada pergantian
manajemen, sehingga Papa, yang sebelumnya diberi tanggung jawab
sebagai pimpinan cabang, diberhentikan dari perusahaan. Hal itu
membuat saya dan Niko harus berhenti sekolah di Malang karena tidak
ada biaya.

Tahun 1965, kami pindah dari Malang kembali ke Bondowoso, dan
bersekolah di sana. Untuk meneruskan biaya sekolah, orang tua kami
tidak berputus asa. Mereka berjualan kacang goreng dengan dititipkan
pada warung-warung kecil di pinggir jalan. Suatu ketika saya pernah
diminta untuk mengantar kacang dagangan itu ke kios-kios rokok dan
warung, namun saya menolaknya mentah-mentah karena saya malu. Papa
tidak memarahi saya karena hal itu. Tanpa banyak bicara, ia
mengambil sepeda tuanya dan mengantar sendiri kacang-kacang itu.
Saya begitu tertempelak akan peristiwa itu, Papa yang dulunya
seorang direktur dan biasa naik mobil, kini tanpa malu dengan sepeda
tuanya menjajakan kacang goreng demi kelangsungan hidup keluarganya.
Peristiwa itu membuat saya belajar dari Papa bagaimana menghadapi
perubahan kehidupan dengan penuh ketegaran dan tanggung jawab.
Jangan takut menghadapi kesulitan hidup ini, tapi hadapi dengan
keberanian dan kesungguhan hati, sebab di dalam Tuhan Yesus selalu
ada jalan keluar!

Beberapa waktu berlalu, akhirnya Papa mendapat pekerjaan lagi
sebagai pimpinan di suatu perusahaan sehingga kami bisa melanjutkan
kuliah di perguruan tinggi. Niko lulus sebagai insinyur pertanian
dan saya lulus sebagai insinyur teknik sipil dari Universitas
Kristen Petra, Surabaya. Di situ juga saya berjumpa dengan seorang
mahasiswi cantik bernama Linda saat Masa Prabakti Mahasiswa
(Mapram). Kami menikah pada tahun 1973. Saya mengucap syukur kepada
Tuhan Yesus yang memberikan Linda sebagai istri. Karena Linda, sejak
remajanya, juga adalah seorang yang sangat kuat prinsip
kekristenannya. Ia berlaku disiplin dan mengajar dengan bijak pada
ketiga anak kami, yaitu Olivia, Raymond, dan Herbert untuk hidup
mengasihi dan menghormati Tuhan. Saat kami berdua, suami-istri,
bersepakat dan berdoa, apapun masalahnya Tuhan selalu memberikan
jalan keluar. Tuhan sungguh ajaib dan penuh mukjizat dalam kehidupan
keluarga kami.

Pada waktu Raymond anak kami baru berumur 8 bulan, ketika sedang
disuapi tiba-tiba bola matanya terbalik, hanya kelihatan putihnya
saja dan hampir-hampir tidak bisa bernapas lagi. Kami sangat panik.
Kami segera membawanya ke dokter. Melihat kondisi seperti itu,
dokter menyarankan agar Raymond langsung dibawa ke rumah sakit.
Setiba di rumah sakit dan diperiksa, dokter memanggil kami berdua
dan menjelaskan bahwa Raymond kemungkinan mengalami radang otak. Dan
akibat dari radang tersebut dapat mengakibatkan kematian atau akan
terjadi gangguan pada otaknya. Kejadian ini membuat kami sedih
sekali, kemudian saya katakan kepada Linda bahwa kita terima saja
kondisi terburuk yang akan terjadi. Tetapi justru dalam keadaan
semacam ini, Linda sangat percaya bahwa Tuhan pasti sembuhkan
Raymond. Karena dia percaya bahwa sejak dalam kandungan, kami sudah
menyerahkan anak kami sepenuhnya kepada Tuhan untuk melayani-Nya.

Kata-kata yang penuh iman itulah yang menyadarkan saya untuk kami
sepakat berdoa. Sambil bergandengan tangan, kami berseru: "Tuhan
Yesus
, tolong Raymond!" Tanpa perlu menunggu lama, setelah berdoa,
terjadi mukjizat itu. Ketika Linda sedang memegang tangan Raymond,
tiba-tiba tangannya bisa merespons dan pada waktu yang hampir
bersamaan, kami melihat bola matanya kembali normal! Raymond sembuh
total! Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan Yesus!


Baca Selengkapnya......

FILOSOFI KISS

Dalam kehidupan sehari-hari,
kita hendaknya mencari cara terbaik untuk memecahkan setiap masalah yang terjadi.

Tetapi, saat menghadapi suatu masalah seringkali kita terkecoh, sehingga walaupun masalah tersebut terpecahkan,
tetapi pemecahan yang ada bukanlah suatu pemecahan yang efisien dan justru malah terlalu rumit.
Mari kita coba lihat dalam kasus di bawah ini :

1. Kasus kotak sabun yang kosong terjadi di salah satu perusahaan kosmetik yang terbesar di Jepang.
Perusahaan tersebut nerima keluhan dari pelanggan yang mengatakan bahwa ia telah membeli kotak sabun yang kosong..
Dengan segera para pimpinan perusahaan menceritakan masalah tersebut ke bagian pengepakan yang bertugas
untuk memindahkan semua kotak sabun yang telah dipak ke departemen pengiriman. Tim manajemen meminta
para teknisi untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan segera, para teknisi bekerja keras untuk membuat sebuah
mesin sinar X dengan monitor resolusi tinggi yang dioperasikan oleh dua orang untuk melihat semua kotak sabun yang
melewati sinar tersebut dan memastikan bahwa kotak tersebut tidak kosong.

Tak diragukan lagi, mereka bekerja keras dan cepat tetapi biaya yang dikeluarkan pun tidak sedikit.
Tetapi saat ada seorang karyawan di sebuah perusahaan kecil dihadapkan pada permasalahan yang sama, ia tidak
berpikir tentang hal-hal yang rumit, tetapi ia muncul dengan solusi yang berbeda.
Ia membeli sebuah kipas angin listrik untuk industri yang memiliki tenaga cukup besar dan mengarahkannya
ke garis pengepakan. Ia menyalakan kipas angin tersebut, dan setiap ada kotak sabun yang melewati kipas
angin tersebut, kipas tersebut meniup kotak sabun yang kosong keluar dari jalur pengepakan.

2. Pada saat NASA mulai mengirimkan astronot ke luar angkasa, mereka menemukan bahwa pulpen mereka
tidak bisa ber fungsi di gravitasi nol, karena tinta pulpen tersebut tidak dapat mengalir ke mata pena.
Untuk memecahkan masalah tersebut, mereka menghabiskan waktu satu decade dan 12 juta dolar.
Mereka mengembang kan sebuah pulpen yang dapat berfungsi pada keadaan-keadaan seperti gravitasi nol, terbalik,
dalam air, dalam berbagai permukaan termasuk kristal dan dalam derajat temperatur mulai dari di bawah titik beku
sampai lebih dari 300 derajat Celcius. Dan apakah yang dilakukan para orang Rusia? Mereka menggunakan pensil!

3. Suatu hari, seorang pemilik apartemen menerima komplain dari pelanggannya.
Para pelanggan mulai merasa waktu tunggu mereka di pintu lift terasa lama seiring bertambahnya penghuni
di apartemen itu. Sang pemilik apartemen mengundang sejumlah pakar untuk memecahkan masalah tersebut.
Seorang pakar menyarankan agar menambah jumlah lift.
Pakar kedua meminta pemilik untuk mengganti lift yang lebih cepat, dengan asumsi,
semakin cepat orang terlayani. Kedua saran tadi tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Tetapi, pakar ketiga hanya menyarankan satu hal, bahwa inti dari komplain pelanggan adalah perasaan lama menunggu.
Pakar tadi hanya menyarankan kepada sang pemilik apartemen untuk menginvestasikan kaca cermin di depan lift,
supaya para pelanggan teralihkan perhatiannya dari pekerjaan 'menunggu' dan merasa' tidak menunggu lift'. It works !


Filosofi KISS ( Keep It Simple Stupid ),
yaitu selalu mencari solusi yang sederhana, sehingga bahkan orang bodoh sekalipun dapat melakukannya.
Cobalah menyusun solusi yang paling sederhana dan memungkinkan untuk memecahkan masalah yang ada.
Maka dari itu, kita harus belajar untuk fokus pada solusi daripada pada berfokus pada masalah.


Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama;
janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi,
tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana.
Janganlah menganggap dirimu pandai!
Roma 12:16



Baca Selengkapnya......

Jumat, Agustus 21, 2009

Yesus di Facebook

Yesus di Facebook




Baca Selengkapnya......

Rabu, Agustus 12, 2009


3 HARI 3 MALAM BERBANDING 2 JAM
Disalin ulang oleh : Mr. Arrang



Sebuah pesawat terbang kecil berputar-putar mencari landasan di
tengah-tengah rimba belantara Kalimantan. Sesaat kemudian, pesawat
menukik dan mendarat dengan hati-hati. Sang pilot turun, disusul
satu-satunya penumpang -- seorang hamba Allah yang diundang ke
daerah itu untuk menyampaikan Kabar Baik dari surga. Orang ini agak
terkesiap menatap rombongan laki-laki yang rupanya telah berkumpul
menyambut kedatangannya. Ketua rombongan maju memperkenalkan diri,
dan setelah saling berjabat tangan, mereka pun mulai
berbincang-bincang.

"Berapa jumlah penduduk desa Bapak?" tanyanya berbasa-basi kepada
ketua rombongan.

"Ini semua kepala keluarganya Pak Pendeta," jawab lelaki setengah
usia itu sambil menunjuk pada rombongan penyambut.

Termangu-mangu, pak pendeta itu mendengarkan keterangan ini.
Diam-diam dihitungnya orang-orang yang mengelilinginya. Hanya tiga
puluh kepala! Tanpa disadarinya, terlintas dalam ingatannya gedung
pertemuan yang mahaluas di Ottawa, Kanada, yang memuat lima ribu
orang, yang menjadi penuh sesak tatkala mereka berdatangan untuk
mendengarkan firman yang disampaikannya. Itu baru beberapa minggu
yang lalu.

"Mari, Pak," kata ketua rombongan dengan ramah sambil membuat
gerakan tangan, mempersilakannya berjalan. "Baik," katanya.
Tebersit dalam hatinya, sebuah harapan, semoga jarak yang kini
harus ditempuhnya dengan berjalan kaki, tidaklah terlalu jauh.
Ternyata harapannya buyar. Mereka meninggalkan landasan pesawat itu,
dan memasuki hutan rimba. Tak terpikirkan betapa mengerikan rimba
itu! Hujan yang turun telah menciptakan kubangan-kubangan lumpur
yang bercampur daun-daun membusuk. Bau yang menyebar dari
kubangan-kubangan tersebut sungguh memuakkan! Di sana-sini tampak
gundukan kotoran hewan, entah binatang liar ataukah hewan peliharaan
penduduk. Di kiri kanan jalan setapak, tirai tebal daun-daun serta
sulur-suluran membuat orang enggan menyimpang sedikit pun dari jalan
setapak itu.

Jalan ternyata berliku-liku, turun naik bukit pula! Udara panas luar
biasa, sekalipun sinar matahari hampir tak tampak dalam rimba yang
pekat itu. Dalam sekejap saja, tubuhnya sudah mulai memprotes
siksaan yang tak terduga-duga itu. Kepalanya terasa berdenyut-denyut
nyeri. Kaki bagaikan dibebani berkilo-kilo. Rongga dada serasa
hendak meledak, menahan napas yang memburu sehingga menimbulkan
desah yang ramai pula. Matanya mulai berkunang-kunang. Langkahnya
pun sudah terhuyung-huyung dengan kepala merunduk berat. Ia
benar-benar membutuhkan istirahat. Tetapi baru saja ia hendak minta
kepada pengantarnya agar mereka berhenti dulu, telinganya menangkap
suara orang ramai.

Ia mengangkat kepala. Mereka berada di puncak sebuah bukit. Di bawah
terhampar pemandangan yang membuatnya terharu. Beratus-ratus ...
tidak, beribu-ribu orang laki perempuan tampak hiruk-pikuk membuat
barisan panjang menuju sebuah "rumah adat".

"Mereka ... ?" tanyanya heran pada pengantarnya.

"Ya," jawab yang ditanya, "mereka tahu Bapak akan datang. Mereka
datang dari kampung-kampung yang tersebar di wilayah yang luas. Ada
di antara mereka yang berjalan 3 hari 3 malam untuk berbakti
bersama-sama."

3 hari 3 malam! Ia melihat, jam tangannya menunjukkan bahwa mereka
sendiri berjalan tak lebih dari 2 jam.

Ia tak mampu berkata-kata lagi. Ia membayangkan perasaan yang
mencekam diri Tuhan Yesus tatkala dilihatnya "orang banyak datang
berbondong-bondong". Kehausan jiwa yang mencari kebenaran pada masa
itu, sekarang pun masih begitu menonjol. Dan ini lebih dirasakannya
lagi ketika kebaktian dimulainya. Suara-suara yang menaikkan
puji-pujian dalam aneka nada memang jauh daripada indah, namun mampu
menggugah hatinya kepada suatu kesadaran yang lebih mendalam, bahwa
Kasih Tuhan ada di mana-mana. Jiwa-jiwa di kota gemerlapan atau di
rimba belantara, sama di mata Tuhan. Tetapi kasih kepada Tuhan,
kiranya tiada yang melebihi kasih yang ada di dalam hati manusia
penghuni rimba ini. Murni dan teguh, demikianlah iman yang membuat
mereka itu menjadi "indah".

Baca Selengkapnya......